Cibinong - Humas BRIN. Kemajuan dalam bidang penelitian stem
cell atau sel punca telah meletakkan dasar bagi terapi penyakit berbasis
sel yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan konvensional. Stem
cell dengan pembaruan diri yang tidak terbatas dan potensi untuk
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel lain mewakili sel induk
sebagai garis depan pengobatan regeneratif.
“Saat ini,
perkembangan teknologi stem cell dan turunannya dalam uji klinis serta
uji preklinis dilaporkan telah memberikan dampak signifikan pengobatan
yang baik untuk berbagai penyakit regeneratif,” kata Kepala Organisasi
Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indi
Dharmayanti, dalam sambutannya pada Webinar Pusat Riset Biomedis dengan
tema “Stem Cell and Tissue Engineering in 3D: Game Changer and
Regenerative”, Selasa (9/7).
Dijelaskan Indi, teknologi rekayasa jaringan dan kemajuan dalam
teknologi gen editing telah mendukung remodeling stem cell secara ex
vivo yang ditumbuhkan menjadi organoid 3D dan struktur jaringan. Hal ini
dapat diaplikasikan secara khusus antara lain sebagai penghasil terapi
tanpa sel, aplikasi untuk uji in vitro biomaterial, dan pengembangan
organoid 3D.
Indi juga menjelaskan bahwa terapi sel melibatkan transplantasi
sel manusia untuk menggantikan atau memperbaiki jaringan yang rusak dan
memodulasi mekanisme yang mendasari permulaan dan perkembangan penyakit
dalam tubuh. Hal ini membuat pengobatan regeneratif memiliki potensi
yang sangat besar untuk berbagai penyakit dengan kebutuhan klinis yang
belum terpenuhi, meliputi terapi sel dan gen serta aplikasi rekayasa
jaringan.
“Tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap terapi berbasis sel
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah uji klinis yang sedang
berlangsung dan direncanakan di seluruh dunia. Meskipun tingkat
keberhasilan peralihan dari laboratorium ke klinik relatif lambat,
ekspektasi, optimisme terhadap bidang ini tetap besar,” sambungnya.
Pemerintah Indonesia juga turut mendorong riset di bidang
teknologi kesehatan dengan memberikan insentif, pendanaan dan
memfasilitasi dengan regulasi yang mendukung inovasi teknologi dalam
rangka kemandirian bahan baku, baik untuk diagnosa penyakit, alat
kesehatan, vaksin dan obat.
BRIN sebagai lembaga riset pemerintah, membuka berbagai macam
skema pendanaan untuk riset terkait teknologi yang dapat dimanfaatkan di
bidang kesehatan termasuk pengembangan sel punca yang digunakan dalam
bidang kedokteran/kesehatan. Penggunaan sel punca dan produknya itu
untuk tujuan promotif, preventif, skrining, penegakan diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan jangka panjang.
Sebagaimana diketahui, salah satu fokus riset dalam Prioritas
Riset Nasiomal (PRN) 2020-2024 adalah “Riset Kesehatan dan Obat”. Riset
ini bertujuan untuk melakukan kegiatan riset yang dinilai penting untuk
menjawab beragam persoalan dan isu-isu strategis, sehingga dapat
meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
“PRN 2020-2024 diarahkan terutama untuk mendukung agenda
prioritas Nawa Cita ketiga yaitu "meningkatkan SDM berkualitas dan
berdaya saing”, yang dititikberatkan pada pemenuhan layanan dasar,
misalnya pemerataan layanan pendidikan berkualitas dan meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta,”
papar Indi.
Indi berharap bahwa dengan adanya webinar kali ini dapat berbagi
informasi terkait penggunaan stem cell sebagai model in vitro untuk uji
biocompatible. Tak hanya itu, melalui webinar ini juga diharapkan
memberikan informasi produksi stem cell yang diaplikasikan sebagai
kandidat obat, serta memberikan informasi mengenai pengembangan stem
cell untuk model organoid 3D culture.